Roky Maghbal (alumni angkatan 1996)
Antropologi ? Jujur saja, sebelumnya tak pernah sedikitpun
terbesit di benak saya, untuk mengambil studi ini, sebagai jenjang pendidikan
lanjutan setelah lulus SMA. Keputusan menjatuhkan pilihan pada Antropologi
FISIP UNAIR, juga bukan 100 % dari minat atau lubuk hati saya yang paling
dalam, melainkan atas saran dari salah seorang mentor lembaga bimbingan belajar
BES di Jalan Srikana, Surabaya.
Banyak pertanyaan yang memenuhi benak saya pada masa-masa
awal perkuliahan. Dimulai dari mempertanyakan apa itu Antropologi yang
sejatinya benar-benar baru bagi saya (maklum, semasa SMA saya mengambil jurusan
A1 atau IPA), hingga pertanyaan ’lugu’ seorang mahasiswa baru yang ingin tahu,
"Bisa kerja apa kelak setelah menyandang gelar sarjana Antropologi ?"
Pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung terjawab hingga masa
studi saya menginjak semester akhir. Tetap saja saya kesulitan memberi jawaban
ketika ditanya orang tua atau teman tentang apa itu Antropologi. Termasuk
menjawab pertanyaan ’klasik’ tentang bakal kerja apa setelah lulus nanti.
Saya baru menemukan jawaban itu setelah nyambi bekerja
sebagai surveyor di DetEksi (Jawa Pos) pada tahun 2000. Selain menjalankan tugas
sebagai surveyor, saya juga sering berkontribusi memberi usulan topik survei
(tentang perilaku anak muda di Surabaya yang menjadi bahasan DetEksi).
Karenanya, saya mendapat promosi sebagai penulis, dan dilanjutkan kemudian
dengan meniti karir sebagai wartawan olahraga.
Tanpa saya sadari, banyak hal yang saya pelajari selama
kuliah tentang segala aspek manusia, beserta keanekaragaman perilaku maupun
budayanya. Dan ternyata, hal ini telah memberi manfaat yang besar bagi saya
dalam meniti profesi sebagai wartawan hingga kini. Bahkan tak hanya berprofesi
sebagai wartawan, kini saya pun turut mendirikan media consultant yang
menangani majalah, website, company profile, video profile, branding, serta
beberapa bentuk konsultasi lain.
Sebagai manusia yang telah belajar banyak hal tentang
manusia beserta budayanya, tak sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan
lingkungan baru dengan cepat . Ini sangat memudahkan saya, saat mendapat tugas
liputan luar kota atau luar negeri.
Kini, pertanyaan saya telah terjawab. Antropologi FISIP
UNAIR memang tidak mencetak seseorang menjadi 'Tukang Sarjana' (meminjam
istilah dari sinetron Si Doel Anak Sekolahan), melainkan manusia yang lebih
bernalar dan berwawasan luas, sehingga gampang beradaptasi, terserah apapun
profesi yang dipilihnya kelak setelah lulus kuliah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar